SETIAP orang pasti pernah mengalami hilang motivasi. Motivasi ibarat bahan bakar maupun baterai yang akan menyalakan sebuah mesin. Bila bahan bakar ataupun baterai itu terisi penuh maka akan mampu menghidupkan berbagai peralatan yang ada.
Ketika kita lelah
karena seharian kerja, tentu akan malas bila disuruh oleh atasan kita pergi ke
Jakarta untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor. Tetapi sontak akan hilang rasa
malas kita itu, bila ternyata di Ibu Kota, kita diminta untuk mengambil uang
seratus juta dan uang itu boleh kita
miliki. Benarlah kata pakar motivasi,
“Kadang-kadang rasa malas dan lelah itu timbul akibat kurangnya motivasi”.
Dari berbagai berita
mass media akhir-akhir ini, motivasi
para para politisi dan pemimpin kita semakin tampak belangnya. Kasus-kasus yang
dibongkar KPK menunjukkan kepada kita siapa sebenarnya mereka. Betapa banyaknya para pemimpin kita yang motivasinya sekedar
memperkaya diri. Upaya-upaya tidak halal mereka lakukan. Ucapan-ucapan seolah ingin
menyejahterakan rakyat, ternyata isapan
jempol belaka. Janji-janji yang
diucapkan mereka, hanyalah cara untuk
memotivasi rakyat agar tetap terus mau
memilihnya.
Dalam teori motivasi dijelaskan, motivasi bisa
datang dari dalam (internal) maupun dari luar diri kita (eksternal).
Penggabungan kedua motivasi itu akan menciptakan kekuatan yang luar biasa. Akan
tetapi, akan lebih luar biasa apabila motivasi itu juga ditambahkan aspek
ibadah. Ketika segala sesuatunya itu
kita niatkan sebagai ibadah, maka bahan bakar maupun batere kita itu menjadi tidak akan
pernah habis. Dengan meniatkan ibadah kepada Allah SWT, motivasi kita dalam bekerja akan
berlipat-lipat. Hidup itu akan serasa lebih hidup. ”Katakanlah, sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam”.
( Al-an’am : 162)
Nabi Muhammad SAW
adalah manusia dengan motivasi yang sangat tinggi. Tetapi sumber motivasi
beliau bukanlah sebuah materi (harta), tahta maupun wanita. Sehingga ketika
sang Nabi Agung itu ditawari ke tiga hal tersebut supaya beliau menghentikan
dakwahnya, beliau tidak mau. Beliau
menegaskan dengan mantap: “Demi Allah
wahai paman! seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan
bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini maka sekali-kali
aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yg binasa
karenanya”. Sungguh, sebuah
motivasi luar biasa yang tak dapat dikalahkan
oleh apapun dan siapapun.
Dengan semangat seperti itu, marilah kita bekerja dengan niat beribadah
kepada-Nya. Insya Allah, hasilnya akan
lahir prestasi-prestasi yang luar biasa. Sruwa-sruwi
sarwa ngibadah (segala sesuatunya serba ibadah). Semoga!
Ajib setya Budi
Pengasuh Thalabul Ilmi Forum Yogyakarta
Comments
Post a Comment