OLEH
AJIB SETYA BUDI UNTUK KORAN MERAPI PEMBARUAN, 23 AGUSTUS 2011
Iman sering diartikan percaya. Orang yang beriman kepada
Allah sama dengan orang yang percaya bahwa Allah itu ada. Orang yang tidak
beriman (kafir) adalah orang yang tidak percaya keberadaan Allah. Benarkah
beriman sekedar percaya saja?
Dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa orang kafir pun sejatinya
percaya bahwa Allah itu ada. “Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka, siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Niscaya mereka
menjawab: Allah...!"(az-Zumar 38).
Dari ayat itu jelas bahwa iman atau kafirnya seseorang bukanlah
karena percaya ataupun tidak percaya
kepada Tuhan. Istilah Iman sesungguhnya lebih dekat kepada cinta. Perhatikan
firman Allah, “Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal)” (al-Baqarah 165).
Orang mukmin adalah orang yang ‘assaddu
hubban lillah’ (sangat cinta kepada Allah). Cinta kepada Allah tentulah bukan
sekedar percaya bahwa Allah itu ada dan berkuasa. Cinta memiliki medan semantik
yang lebih mendalam dibanding percaya. Orang yang cinta sesuatu pasti
percaya, sebaliknya orang yang percaya belum tentu cinta terhadap sesuatu itu. Dulu,
di jaman revolusi kemerdekaan, bangsa kita percaya bahwa negri Belanda itu ada.
Tetapi walaupun demikian, kita tidak mencintainya karena negeri kincir angin
itu menjajah bangsa kita.
Orang yang sedang jatuh cinta kepada orang lain maupun
kepada tuhan biasanya memiliki ciri-ciri tertentu seperti: 1).Bila
disebut namanya bergetar hatinya. 2) Ingin selalu membaca suratnya. 3) Selalu
rindu dan ingin dekat dengannya. 4). Kapan saja dan dimana saja selalu ingat
akan dirinya. 5).Rela berkorban hanya demi dirinya. Bila kita mengenal ‘rukun
iman’ dalam pelajaran agama Islam, maka
inilah ‘rukun cinta’ yang berlaku universal. Siapapun diri kita, apabila
mencintai sesuatu pastilah terdapat
tanda-tanda cinta itu.
Dari ‘rukun cinta’ di atas kita bisa mengukur, sudahkah kita termasuk
orang-orang yang beriman? Apakah bila disebut nama Allah maupun dibacakan
ayat-ayatnya hati kita bergetar atau
bahkan menangis? Sudahkah kita ingin selalu membaca al-Qur’an sebagai surat
cinta Allah kepada kita? Seberapa seringkah kita berdo’a dalam melakukan
pekerjaan apapun sebagai bukti bahwa kita selalu ingat tentang Dia? Sudahkah
kita secara ikhlas rela berkorban untuk bersedekah, berinfak dan berzakat
menolong fakir miskin? Itulah
pertanyaan-pertanyaan yang bisa dipakai untuk bahan muhasabah (evaluasi) diri,
ketika kita mau beriktikaf di Masjid untuk menggapai kesadaran al-Qur’an pada
setiap momentum Lailatul Qadar pada minggu
terakhir ramadan ini.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal’. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat)
yang mulia”. (al-Anfal 2-4).
Comments
Post a Comment